Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Para Ahli Kedokteran Mengatakan Bahwa Minuman Bersoda Bisa Picu Hasil Positif Palsu Pada Tes Antigen

Jakarta -  Beredar kabar minuman bersoda dapat mengganggu kerja alas tes antigen COVID-19, menghasilkan positif palsu. Peneliti dalam laporan di International Journal of Infectious Disease menyarankan agar orang-orang tidak mengonsumsi makanan dan minuman tertentu sebelum menjalani tes cepat. Ahli kimia dari University of Hull, Profesor Mark Lorch, mengatakan memang tampaknya sebagian orang sengaja menggunakan minuman bersoda untuk mendapat tes negatif palsu. Di media sosial seperti TikTok banyak beredar video clip netizen mencoba mendapatkan hasil tes positif dengan menggunakan cairan dari jus jeruk, lemon, atau minuman bersoda. Prof Mark menjelaskan apa yang kemungkinan terjadi adalah asam pada cairan merusak mekanisme cara kerja alat tes. Sebagian alat quick examination biasanya bekerja dengan memanfaatkan antibodi yang sensitif terhadap partikel virus. Perlu diketahui di dalam alat tes terdapat strip mirip kertas yang berisi tiga lapis antibodi. Antibodi pada lapisan pertama meng

Perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech SE Klaim Vaksin Buatannya Aman dan Melindungi Anka 5-11 Tahun

Jakarta -  Perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech SE kemarin mengatakan vaksin Covid-19 mereka mampu memicu respons kekebalan yang kuat pada anak berumur 5 sampai 11 tahun, dan mereka berencana mengajukan penggunaan vaksin pada anak-anak di rentang usia tersebut, di Amerika Serikat, Eropa, dan wilayah lain secepatnya. Respons kekebalan pada anak berusia 5 hingga 11 tahun dalam uji klinis tahap II/III sama dengan apa yang telah diamati sebelumnya pada anak berusia 16 hingga 25 tahun. Keamanannya juga sebanding dengan kelompok usia yang lebih tua, jelas mereka. "Sejak Juli, kasus Covid-19 pada anak-anak telah meningkat sekitar 240 persen di AS - menandakan makin perlunya masyarakat divaksinasi," jelas Kepala Eksekutif Pfizer Albert Bourla dalam rilis berita. "Hasil uji coba ini memberikan dasar yang kuat untuk mengajukan izin vaksin kami untuk anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun, dan kami berencana untuk menyerahkannya ke FDA dan regulator lainnya dengan segera," ka

Beberapa Cara Melindungi Kesehatan Mata dari Polusi Udara Sehari-hari

Jakarta -  Kegiatan pulang pergi bekerja atau sekolah sehari-hari yang kamu lakukan bisa membuatmu lebih rentan terpapar polusi. Masalah yang paling sering dialami adalah pada mata. Sering kali mata menjadi panas, berair, atau merah karena paparan polusi udara atau debu yang masuk. Hal ini kadang juga dibarengi masalah pernapasan yang juga rentan muncul. Masalah yang terjadi pada mata ini kerap terjadi dan jika salah penanganan bisa menimbulkan dampak serius. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan hal lain demi menjaga kesehatan mata. Menghindari paparan polusi berlebih bisa jadi cara paling efektif untuk menjaga kesehatan mata. Selain itu, kamu juga bisa terhindar dari masalah kesehatan lain yang mengancam. Namun ketika hal itu sulit kamu lakukan, terdapat sejumlah pencegahan yang bisa kamu lakukan untuk menjaga kesehatan mata. Dilansir dari Times of India , berikut sejumlah cara untuk melindungi kesehatan mata dari polusi udara. Jaga Asupan Air Sangat penting untuk memastikan

Penjelasan Stres Bisa Membuat Rambut Menjadi Beruban

Jakarta -  Rambut putih atau beruban selalu dihubungkan dengan kondisi yang bakal terjadi ketika seseorang bertambah usia. Namun, kondisi ini juga banyak dihubungkan dengan stres yang dialami oleh seseorang. Walau selama ini hubungan antara stres dan munculnya uban belum banyak diketahui, namun penelitian terbaru mengungkap hal ini. Dilansir dari Scientific research Daily , peneliti dari Harvard College mengungkap bagaimana hubungan dari kedua hal ini. Diketahui bahwa stres mengaktifkan saraf yang menjadi bagian dari respons siaga. Hal ini selanjutnya berhubungan dengan cedera permanen pada sel yang berhubungan dengan regenerasi pigmen pada folikel rambut. "Setiap orang memiliki anekdot sendiri mengenai dampak stres terhadap tubuh, terutama pada kulit dan rambut, jaringan yang bisa kita ligat langsung dari luar," terang peneliti Ya-Chieh Hsu dari Harvard. "Kami ingin mengetahui apakah hubungan ini benar, dan jika begitu, bagaimana stres berujung perubahan pada jaringan